Inilah Resiko dan Keuntungan Hidroponik Tanpa Greenhouse
Saturday, November 7, 2015
Add Comment
Salam sahabat hidroponik se-Indonesia, semoga kita semakin baik mengolah sayuran dengan hidroponik. Sadar atau tidak, ketika semakin banyak orang menanam sayuran hidroponik di kebun mereka sendiri, mereka ikut andil dalam memajukan pertumbuhan ekonomi tanah air tercinta ini. Semakin banyak orang memproduksi makanan mereka sendiri, harga-harga sayuran holtikultura di pasar-pasar tradisional maupun pasar modern dapat ditekan. Semoga Allah memberikan kemudahan ekonomi tanah air kita tercinta ini.
Sering muncul pertanyaan oleh pecinta dan pe-hobi hhidroponik, apakah perlu menggunakan greenhouse untuk naungan/atap, ataukah hal itu tidak perlu digunakan. Sebelum kita jawab perlu ataukah tidak perlu menggunakan greenhouse, mari kita cari tahu resiko dan keuntungan masing-masing.
Keuntungan hidroponik tanpa atap/ greenhouse
Murah! Ya tentu saja, ketika kita menanam tanpa greenhouse kita bisa memangkas biaya pembuatan greenhouse. Mengingat mahalnya dan sulitnya konstruksi greenhouse yang beratapkan plastik UV, maka pembuatan greenhouse yang terbuka atasnya dan beratapkan langit, banyak dilakukan untuk menghemat biaya investasi. Jadi pada lahan yang tersedia dibuatlah instalasi produksi dengan atap yang terbuka. Dengan demikian pembiayaan hanya tersangkut instalasi produksi saja, tanpa ada pengeluaran untuk membuat bangunan greenhouse-nya.
Resiko hidroponik tanpa atap/ greenhouse
Di lain fihak, timbullah beberapa risiko yang harus dihadapi, yang mungkin timbul, tetapi mungkin pula tidak! Banyak teman-teman pecinta hidroponik meng-upload foto-foto di dalam dan di luar negeri, di mana gully produksi berbaris rapih, dilakukan pada lahan terbuka tanpa ada peneduhan sedikit pun, tetapi terlihat pertanamannya mulus-mulus saja.
1. Intensitas cahaya yang tinggi mempengaruhi tanaman
Dengan tiada beratap, matahari di siang hari, di musim kemarau yang cerah, mungkin intensitasnya cahayanya mencapai 10.000 foot candles (atau 110.000 lux), akan merusak semua hormon tumbuh di tanaman, sehingga pertumbuhan akan stagnant, tidak bergerak. Jika derajat pertumbuhan = 0, maka tanaman tidak akan berpenampilan “robust”, gagah, melainkan kerdil dan tidak layak tampil! Dengan intensitas penyinaran yang tinggi, lettuce sering menjadi “getir”, pahit, terutama batangnya. Bagian tengah pucuk tajuk menjadi bagian yang paling pahit, dan menimbulkan penolakan oleh konsumen.
Intensitas matahari yang tinggi rupa-rupanya merangsang pembentukan “alkaloid” yang tersa getir itu. Intensitas cahaya matahari yang intens, ditambah “exposure time” yang lama, menyebabkan lettuce berwarna hijau tua, sedangkan seyogyanya lettuce bernuansa hijau muda! Kecuali Romaine lettuce, yang memang berwarna hijau gelap. Dengan mengurangi asupan unsur hara Mg sebagai inti chlorophyl, bisa dihasilkan lettuce yang tidak terlampau hijau warnanya.
Intensitas cahaya matahari yang tinggi menyebabkan proses foto-sintesa asimilasi karbohidrat berjalan sangat tegas, sehingga terjadi karbohidrat banyak sekali, dan menyebabkan rasio C/N (karbohidrat/protein) sangat besar, dan tanaman cepat beralih ke fase generatif, dan menghasilkan tangkai bunga, disebut “bolting”, dan menurunkan harga penawaran di supermarket.
2. Resiko hama tanaman
Hujan yang sering membasahi daun, menyebabkan lettuce peka terhadap penyakit cendawan Cercospora, penyakit cendawan mata kodok, “frog eye disease”, menyebabkan lettuce tidak layak tampil, dan layak jual. Dengan meningkatkan asupan unsur hara Ca, P, K, Mg, dan mengurangi amonium, serangan ini bisa diperlunak.
Beda tempat, beda pula serangan hama dan jenisnya. Terkadang di suatu tempat menanam hidroponik tidak menemukan kendala serangan hama yang merepotkan, tetapi banyak pula daerah yang perlu penanganan khusus karena serangannya yang hebat. Hal yang perlu diperhatikan jika tidak menggunakan naungan hidroponik adalah jeli dan teliti terhadap serangan hama. Ketika terdeteksi ada serangan hama, segera dilakukan penanganan , bisa juga dilakukan tindakan preventif sebelum hama menyerang, kita bisa menggunakan perangkap hama dan pengusir hama.
3. Sistem irigasi saat hujan
Hidroponik tanpa naungan greenhouse menggunakan irigasi dengan gully, biasanya menggunakan talang atau pipa PVC, dimana terdapat lubang tanam yang menghadap ke atas. Lubang yang menghadap langit inilah akan menampung air hujan ketika turun. Hujan merupakan rahmat Allah yang diturunkan dari langit.
Pemantauan tingkat keasaman air hujan (pH) di Indonesia dilakukan di 35 (tiga puluh lima) stasiun. Pengambilan sampel menggunakan metode Wet Deposition dan Wet & Dry Deposition dengan alat Automatic Rain Water Sampler (ARWS). Analisis sampel air hujan dilakukan di laboratorium kualitas udara BMKG dengan menggunakan alat ion chromatograph.
Pada bulan Nopember 2012, jumlah sampel air hujan yang diterima di Laboratorium Kualitas Udara berasal dari 31 (Tiga Puluh Satu) stasiun pengamatan hujan di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat keasaman (pH) air hujan di 27 kota berada dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) pH air hujan normal sebesar 5,6. Kondisi ini menunjukkan bahwa hujan yang turun di 27 (dua puluh tujuh) kota tersebut bersifat asam.
Sumber http://sumurairhujan.blogspot.co.id
Hujan yang turun di tanah air kita memiliki pH normal 5,6. pH ini sangat baik untuk menanam dengan hidroponik, karena pada kondisi ini nutrisi tanaman mudah diserap tanaman untuk tumbuh. Namun resikonya adalah ketika hujan air yang masuk gully akan masuk juga ke penampungan yang sudah berisi nutrisi. Karena air bertambah, kadar nutrisi jadi menurun. Perlu dibuatkan sistem irigasi yang mengatur aliran air saat hujan dan irigasi saat tidak hujan.
Keuntungan hidroponik dengan greenhouse
Bagaimana keuntungan hidroponik dengan greenhouse? Tentu saja kebalikan dari resiko ketika kita menggunakan tanpa naungan. Dengan greenhouse, masalah intensitas cahaya akan terkurangi oleh plastik UV. Masalah hama penyakit akan berkurang, karena greenhouse menutup akses masuk hama terbang maupun hama dari tanah. Masalah air hujan, greenhouse menahan air hujan dan tidak masuk ke penampungan.
Resiko hidroponik dengan greenhouse
Ya! Sudah tentu dengan greenhouse memerlukan investasi yang lebih besar, karena perlu membangun konstruksi dan menutupnya dengan plastik UV.
Kesimpulan dari pertanyaan apakah perlu menggunakan greenhouse atau tidak? Jawabannya adalah tergantung pada anda sendiri. Ketika anda memilih menggunakan greenhouse, anda harus siap dengan resiko biaya investasi yang tinggi. Sebaliknya, ketika anda memilih tanpa greenhouse, anda harus selalu mengurangi resiko-resiko tanaman tanpa greenhouse. Anda perlu menaruh gully di dekat pohon untuk mengurangi intensitas cahaya, perlu segera menindaklanjuti serangan hama, dan juga mengatur irigasi saat hujan turun.
Demikian sobat hidroponik, semoga informasi ini membantu menambah wawasan anda. Selamat berhidroponik dan mari kita menjadi manusia mandiri dan mampu memproduksi sesuatu yang bermanfaat.
Sering muncul pertanyaan oleh pecinta dan pe-hobi hhidroponik, apakah perlu menggunakan greenhouse untuk naungan/atap, ataukah hal itu tidak perlu digunakan. Sebelum kita jawab perlu ataukah tidak perlu menggunakan greenhouse, mari kita cari tahu resiko dan keuntungan masing-masing.
Keuntungan hidroponik tanpa atap/ greenhouse
Murah! Ya tentu saja, ketika kita menanam tanpa greenhouse kita bisa memangkas biaya pembuatan greenhouse. Mengingat mahalnya dan sulitnya konstruksi greenhouse yang beratapkan plastik UV, maka pembuatan greenhouse yang terbuka atasnya dan beratapkan langit, banyak dilakukan untuk menghemat biaya investasi. Jadi pada lahan yang tersedia dibuatlah instalasi produksi dengan atap yang terbuka. Dengan demikian pembiayaan hanya tersangkut instalasi produksi saja, tanpa ada pengeluaran untuk membuat bangunan greenhouse-nya.
Resiko hidroponik tanpa atap/ greenhouse
Di lain fihak, timbullah beberapa risiko yang harus dihadapi, yang mungkin timbul, tetapi mungkin pula tidak! Banyak teman-teman pecinta hidroponik meng-upload foto-foto di dalam dan di luar negeri, di mana gully produksi berbaris rapih, dilakukan pada lahan terbuka tanpa ada peneduhan sedikit pun, tetapi terlihat pertanamannya mulus-mulus saja.
1. Intensitas cahaya yang tinggi mempengaruhi tanaman
Dengan tiada beratap, matahari di siang hari, di musim kemarau yang cerah, mungkin intensitasnya cahayanya mencapai 10.000 foot candles (atau 110.000 lux), akan merusak semua hormon tumbuh di tanaman, sehingga pertumbuhan akan stagnant, tidak bergerak. Jika derajat pertumbuhan = 0, maka tanaman tidak akan berpenampilan “robust”, gagah, melainkan kerdil dan tidak layak tampil! Dengan intensitas penyinaran yang tinggi, lettuce sering menjadi “getir”, pahit, terutama batangnya. Bagian tengah pucuk tajuk menjadi bagian yang paling pahit, dan menimbulkan penolakan oleh konsumen.
Intensitas matahari yang tinggi rupa-rupanya merangsang pembentukan “alkaloid” yang tersa getir itu. Intensitas cahaya matahari yang intens, ditambah “exposure time” yang lama, menyebabkan lettuce berwarna hijau tua, sedangkan seyogyanya lettuce bernuansa hijau muda! Kecuali Romaine lettuce, yang memang berwarna hijau gelap. Dengan mengurangi asupan unsur hara Mg sebagai inti chlorophyl, bisa dihasilkan lettuce yang tidak terlampau hijau warnanya.
Intensitas cahaya matahari yang tinggi menyebabkan proses foto-sintesa asimilasi karbohidrat berjalan sangat tegas, sehingga terjadi karbohidrat banyak sekali, dan menyebabkan rasio C/N (karbohidrat/protein) sangat besar, dan tanaman cepat beralih ke fase generatif, dan menghasilkan tangkai bunga, disebut “bolting”, dan menurunkan harga penawaran di supermarket.
2. Resiko hama tanaman
Hujan yang sering membasahi daun, menyebabkan lettuce peka terhadap penyakit cendawan Cercospora, penyakit cendawan mata kodok, “frog eye disease”, menyebabkan lettuce tidak layak tampil, dan layak jual. Dengan meningkatkan asupan unsur hara Ca, P, K, Mg, dan mengurangi amonium, serangan ini bisa diperlunak.
Beda tempat, beda pula serangan hama dan jenisnya. Terkadang di suatu tempat menanam hidroponik tidak menemukan kendala serangan hama yang merepotkan, tetapi banyak pula daerah yang perlu penanganan khusus karena serangannya yang hebat. Hal yang perlu diperhatikan jika tidak menggunakan naungan hidroponik adalah jeli dan teliti terhadap serangan hama. Ketika terdeteksi ada serangan hama, segera dilakukan penanganan , bisa juga dilakukan tindakan preventif sebelum hama menyerang, kita bisa menggunakan perangkap hama dan pengusir hama.
3. Sistem irigasi saat hujan
Hidroponik tanpa naungan greenhouse menggunakan irigasi dengan gully, biasanya menggunakan talang atau pipa PVC, dimana terdapat lubang tanam yang menghadap ke atas. Lubang yang menghadap langit inilah akan menampung air hujan ketika turun. Hujan merupakan rahmat Allah yang diturunkan dari langit.
Pemantauan tingkat keasaman air hujan (pH) di Indonesia dilakukan di 35 (tiga puluh lima) stasiun. Pengambilan sampel menggunakan metode Wet Deposition dan Wet & Dry Deposition dengan alat Automatic Rain Water Sampler (ARWS). Analisis sampel air hujan dilakukan di laboratorium kualitas udara BMKG dengan menggunakan alat ion chromatograph.
Pada bulan Nopember 2012, jumlah sampel air hujan yang diterima di Laboratorium Kualitas Udara berasal dari 31 (Tiga Puluh Satu) stasiun pengamatan hujan di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat keasaman (pH) air hujan di 27 kota berada dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) pH air hujan normal sebesar 5,6. Kondisi ini menunjukkan bahwa hujan yang turun di 27 (dua puluh tujuh) kota tersebut bersifat asam.
Sumber http://sumurairhujan.blogspot.co.id
Hujan yang turun di tanah air kita memiliki pH normal 5,6. pH ini sangat baik untuk menanam dengan hidroponik, karena pada kondisi ini nutrisi tanaman mudah diserap tanaman untuk tumbuh. Namun resikonya adalah ketika hujan air yang masuk gully akan masuk juga ke penampungan yang sudah berisi nutrisi. Karena air bertambah, kadar nutrisi jadi menurun. Perlu dibuatkan sistem irigasi yang mengatur aliran air saat hujan dan irigasi saat tidak hujan.
Keuntungan hidroponik dengan greenhouse
Bagaimana keuntungan hidroponik dengan greenhouse? Tentu saja kebalikan dari resiko ketika kita menggunakan tanpa naungan. Dengan greenhouse, masalah intensitas cahaya akan terkurangi oleh plastik UV. Masalah hama penyakit akan berkurang, karena greenhouse menutup akses masuk hama terbang maupun hama dari tanah. Masalah air hujan, greenhouse menahan air hujan dan tidak masuk ke penampungan.
Resiko hidroponik dengan greenhouse
Ya! Sudah tentu dengan greenhouse memerlukan investasi yang lebih besar, karena perlu membangun konstruksi dan menutupnya dengan plastik UV.
Kesimpulan dari pertanyaan apakah perlu menggunakan greenhouse atau tidak? Jawabannya adalah tergantung pada anda sendiri. Ketika anda memilih menggunakan greenhouse, anda harus siap dengan resiko biaya investasi yang tinggi. Sebaliknya, ketika anda memilih tanpa greenhouse, anda harus selalu mengurangi resiko-resiko tanaman tanpa greenhouse. Anda perlu menaruh gully di dekat pohon untuk mengurangi intensitas cahaya, perlu segera menindaklanjuti serangan hama, dan juga mengatur irigasi saat hujan turun.
Demikian sobat hidroponik, semoga informasi ini membantu menambah wawasan anda. Selamat berhidroponik dan mari kita menjadi manusia mandiri dan mampu memproduksi sesuatu yang bermanfaat.
0 Response to "Inilah Resiko dan Keuntungan Hidroponik Tanpa Greenhouse"
Post a Comment